rindu yang diketik, malu yang diurung
Tadinya beberapa pendapat mengenai kejamnya waktu sempat kuketik di meja makan pesan kesukaan kita
Tapi aku urung
Mungkin memang ada hal yang seharusnya tidak benar-benar kita bersamai?
Mengembalikannya bagaimana ya?
Harapan Masir dan basah yang beredar di belakangku, harusnya balik pada pembaginya
Kapal yang rusak dan pugar
Sekarang menemukan lautan baru yang siap dihinggapinya
Atau memang kapal ini akan berlayar sejauh pungguk kepada bulan?
Setidaknya aku masih membersamai puisi pada nafas tersengal
Jakarta, 16 Januari 2020
Comments
Post a Comment