untuk tuan yang dinanti ratusan nafas

Jam menunjuk pukul 01.32. Aku sedang bingung sendirian tentang bagaimana otakku tidak bekerja dengan baik belakangan ini. Tidak tuan, bukan karena tuan. Tapi mungkin karena apa yang saya tabur di masa yang lalu. 

Sistem pencernaan aku baca sekali. Siang tadi aku juga belajar Jerman sedikit. Bahasanya susah tapi saya cinta sekali. Gabungan Arab dan Inggris. Keren bukan?

Lalu sorenya saya baca beberapa kutipan kakek Freud, lalu menelisik tentang apa yang menjadi pemericik perang dingin. Ternyata neutron hahahaha. Lalu tadi saat cuci piring saya menyambi mendengarkan ocehan Kafin Sulthan, idola saya yang cerdas dan bijaknya bukan main. Inkorporasi, implementasi, grounded, self-efficacy, dan lain lainnya yang berhasil bikin saya terluaskan lalu saya muntah.

Oh iya kembali pada judul. Kenapa menyertakan tua? Lagi-lagi saya masih merasa belum cukup betul untuk benar-benar mengagumi tanpa penutup. Saya coba kukuhkan otak saya agar tidak bodoh. Tentang wajah sudahlah, mungkin akan berseri seiring kecerdasan?

Tulisan selesai, tapi harapan saya tidak selesai, boleh kan tuan?

Jakarta, 11 Januari 2021

Comments

Popular Posts