Esay: Bertemu Padi

Dari sini seenggaknya gw tau, 

tanggal 7 Agustus 2020 bukan waktu yang tepat untuk pamit dari semuanya.


     Tumbuh dan besar di kelurahan kecil di ujung kota Jakarta, bisa dibilang gw tidak se-"merasakan" itu hidup sebagai anak ibukota. Mungkin beneran ujung kota. But im fully happy. Dibesarin dari dua orang asing yang menikah (walau tanpa rencana jangka panjang) dan gw appreciate usaha mereka survive untuk sekarang, seenggaknya untuk diri mereka sendiri dan ketercukupan pengakuan orang-orang di sekitarnya.


     Jauh ke belakang, gw lahir sebagai anak perempuan pertama dan tumbuh jadi anak periang, hidup biasa kaya anak-anak lain. Bedanya mungkin anak perempuan lain suka main barbie, gw mutilasi barbie. Kode GTA dan teknik2 nonjok di Smackdown jauh lebih menggigit. Tapi masak-masakan masih menarik. Patah doang beberapa. Life goes well pokonya. These 2 parent dont have any problem yang semerumitkan sekarang. But still, i've save some violence "scene" in my head. 


     Singkat cerita gw kelas 2 SD dan kiki lahir, 2 tahun pertama menggemaskan, 3 tahun berikutnya gw minta ke Allah untuk berharap jangan punya ade kek dia lagi, 5 tahun ampe sekarang gw tau alasan kenapa gw ga boleh ngomong gitu. Trust me sebenci2nya sama sibling, partner in crime hampir lifetime ini masih tetep dipegang dia. Regardless gw dan kiki di masa depan akan membersamai jodoh kami masing-masing. We still be the team.


     So on these 2 people has started to show their own "fire". Dua orang yang saat gw masih suka Basara ini, jadi idola dan panutan, sekarang jadi objek pertanyaan paling besar sekaligus penyulut rasa takut. Ibu gw, gw gatau persis apa penyebabnya but honestly, she is getting more toxic. Especially to me. Gw melihat jelas sekali ketimpangan dan kernyit dahinya terhadap hampir segala hal yang akan dan sedang gw lakukan. Sosok ibu? Gw lebih mengenal sosok itu di Rani. 


     Sebeda itu, whats going happen gitu. Gw punya asumsi super kuat dan yakin 100% bahwa dedikasi dia selama ini adalah semata transaksi. Di mana itu wajar tapi ya seengganya jangan ditunjukkin banget. Dia selalu nuntut gw dan push gw jadi orang yang dia mau. Di mana saat ini gw bisa dibilang selalu mempertanyakan kenapa gw harus ikutin suatu arus. Strong intuition play here, melihat dia sebagai sosok yang sangat penekan, pemarah dan berharap gw akan menghasilkan banyak uang dan ngasih semuanya untuk dia. Gw ga boong, itu sangat terlihat di semua tindakannya tapi i deal with it everyday. Pernah ngerasa deg-degan mau mati ga karuan, takut dan gusar tanpa sebab? Gw merasakan itu dengan intensitas cukup sering 3 tahun belakangan setiap dia ingin mencoba ngobrol sama gw. Wanna share this story to my friend but not sure. 


     Kegagalan dalam mengolah emosi tersebut dengan baik dan tenang, berujung pada kelemahan kemampuan gw dalam mengambil keputusan sesuai gut feeling, my own way. Kemudian kesulitan dalam mengeluarkan ekspresi apapun yang gw rasakan. wkwk. Bahkan sampai gw nulis ini, untuk merasa senang karena gw habis bertemu orang yang gw sukai, gw harus ke kamar mandi untuk senang sembunyi-sembunyi. 


     Hm untuk bapa. Gw gamau panjang-panjang deh, dia jauh lebih baik dari orang sebelumnya. Tapi karena bapa, gw jadi takut untuk terikat secara emosional ama orang lain. Gw berharap saat itu gw gabisa dengar. Mungkin kalau iya begitu, gw akan jadi pribadi yang lebih lepas dan cheers kaya gambar-gambar anak yang gw buat. 


lanjut nanti, 

Comments

Popular Posts